Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Keutamaan Waktu Ba’da Ashar Hari Jumat

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 7 September 2018  Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ba’da ashar di hari Jumat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ ‘Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’[HR. Abu Dawud] Iman Ahmad rahimahullah menjelaskan bahwa waktu mustajab itu adalah ba’da ashar, beliau berkata, قال الإمام أحمد : أكثر الأحاديث في الساعة التي تُرجى فيها إجابة الدعوة : أنها بعد صلاة العصر ، وتُرجى بعد زوال الشمس . ونقله عنه الترمذي “Kebanyakan hadits mengenai waktu yang diharapkan terkabulnya doa adalah ba’da ashar dan setelah matahari bergeser (waktu shalat jumat)

Inginku Sempurnakan Separuh Agamaku

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - April 29, 2011  Di zaman ini tidak ragu lagi penuh godaan di sana-sini. Di saat wanita-wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Di saat kaum hawa banyak yang tidak lagi berpakaian sopan dan syar’i. Di saat perempuan lebih senang menampakkan betisnya daripada mengenakan jilbab yang menutupi aurat. Tentu saja pria semakin tergoda dan punya niatan jahat, apalagi yang masih membujang. Mau membentengi diri dari syahwat dengan puasa amat sulit karena ombak fitnah pun masih menjulang tinggi. Solusi yang tepat di kala mampu secara fisik dan finansial adalah dengan menikah. *Menyempurnakan Separuh Agama* Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi d

Istriku, dengan Siapa Engkau di Surga Nanti?

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 16 November 2019  *Ingin Sehidup Sesurga Denganmu* Gambaran Seorang Suami Berkata pada Istrinya: “Wahai istriku, sekiranya aku bisa berdoa, maka aku berdoa kepada Allah agar engkau yang meninggal dahulu, barulah aku menyusul. Aku tidak ingin, apabila aku meninggal terlebih dahulu, kemudian engkau menikah lagi dengan laki-laki lain, maka engkau akan bersama suami terakhirnya di surga. Aku yang sudah menanti-nanti akan menjadi Raja bagi-mu di surga, ternyata aku harus menanggung cemburu tak tertahankan, melihat kenyataan engkau malah bersanding dengan laki-laki lainnya di surga… selama-lamanya.” *Istriku, Dengan Siapa Engkau di Surga?* Apakah benar gambaran kasus di atas? Hal ini kembali kepada pembahasan “Apabila wanita menikah lebih dari sekali, bersama siapakah ia di surga bersanding kelak di antara suaminya (apabila semua suaminya masuk surga)? Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, terdapat dua pendapat terkenal: 1. Wanita bisa memilih dengan suami y

8 Pintu Surga

Yulian Purnama, S.Kom. 12 April 2020  Surga adalah negeri yang penuh kenikmatan yang Allah siapkan bagi orang-orang yang bertakwa.  Ketahuilah bahwa surga memiliki pintu-pintu. Para penduduk surga akan masuk surga melalui pintu-pintu tersebut. Pintu surga ada delapan jumlahnya. Apa saja pintu-pintu tersebut? Simak penjelasan singkat berikut ini. *Mengenal Pintu Surga* Disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’ad As Sa’idi radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: فِي الجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أبْوَابٍ، فِيهَا بَابٌ يُسَمَّى الرَّيَّانَ، لا يَدْخُلُهُ إلَّا الصَّائِمُونَ “Di surga ada delapan pintu, diantaranya ada pintu yang disebut dengan ar-Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari no. 3257). Dari Ubadah bin Ash Shamit radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: مَن قالَ: أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، وأنَّ عِيسَى عبدُ اللهِ، وابنُ أمَتِ

Jika Allah Mencintai Seorang Hamba, Ia Akan Diuji

Yulian Purnama, S.Kom. 27 September 2017  Syaikh Abdul Aziz bin Baz Soal: Apakah benar bahwa jika Allah mencintai seorang hamba maka ia akan diuji, karena kami sering mendengar pernyataan ini? Jawab: Benar, terdapat dalam sebuah hadits: إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ “Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285). Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995). Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah. Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar. Oleh karena itu Nabi shallalla

Menjaga Anak dan Pemuda dari Paham Liberal dan Pluralisme

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 3 Juni 2017  *Orang Tua, Engkau Mempunyai Tugas yang Berat* Tugas terbesar dan terberat orang tua bukanlah menjadikan anaknya semata-mata memiliki banyak harta dan berkedudukan tinggi, tetapi tugas terbesar orang tua adalah menjadikan anak tersebut dekat dengan Allah dan memiliki akidah yang baik dan benar. Jika ada anak-anak dan pemuda yang memiliki akidah tidak benar, seperti mengarah kepada pemikiran liberal atau pluralisme, sebaiknya jangan menyalahkan mereka secara total, apalagi di-bully habis-habisan. Mereka adalah anak-anak dan pemuda yang sedang mencari jati diri dan lebih banyak butuh bimbingan daripada celaan atau cacian. Bisa jadi ini adalah kesalahan dan kelalaian kita bersama terhadap pendidikan akidah dasar pada anak-anak dan remaja. Sebagai orang tua bahkan kita sendiripun kadang lalai mempelajari dan mendakwahkan cara beragama yang benar kepada mereka. Jangan sampai buku-buku dan bacaan akidah tersimpan rapi di rumah tetapi sangat jara

Kapan Seorang Laki-laki Diwajibkan Menikah ?

_Pertanyaan_ Apakah bagi semua orang laki-laki diwajibkan menikah ? _Teks Jawaban_ Alhamdulillah. Hukum menikah bagi orang laki-laki berbeda satu sama lain, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing. Maka wajib hukumnya bagi seorang laki-laki yang mampu, ia juga menginginkannya dan hawatir akan terjerumus kepada zina; karena menjaga kesucian diri dari yang diharamkan adalah wajib, dan tidak sempurna penjagaan tersebut kecuali dengan nikah. Al Qurtubi berkata: “Seorang yang mampu dan hawatir terhadap dirinya dan agamanya untuk menjaga keperjakaannya, kehawatiran tersebut tidak bisa dihilangkan kecuali dengan menikah dan tidak ada perbedaan akan wajibnya menikah baginya”. Al Mawardi –rahimahullah- berkata dalam kitabnya “al Inshaf”: “Bagian ketiga: Barang siapa yang hawatir akan terjerumus pada perzinaan, maka pernikahan baginya adalah wajib. Dalam hal ini satu pendapat tidak ada perbedaan. “Al ‘anat” adalah zina, atau kehancuran dengan zina. Kedua: Maksud dari perkataannya: “…kecu

Masuk Surga Bersama Keluarga

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 26 Januari 2018  Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat. Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen lebaran idul fitri, kaum muslimin berusaha agar berkumpul bersama keluarga dengan segala upaya. Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan lainnya ketika safar untuk pulang kampung. Semuanya ini dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan berbahagia bersama. Perlu diketahui bahwa semua kenikmataan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh manusia di dunia, akan ada di surga kelak. Allah berfirman, ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺃَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺗَﺪَّﻋُﻮﻥ “Di dalam surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya

Orang Tua Dan Anak Saling Mengangkat Derajat Di Akhirat

dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 23 September 2016  Telah kita ketahui bahwa anak yang shalih bisa mengangkat derajat orang tua di akhirat nanti, baik dengan doa maupun amal jariyah dari sang anak. Sebagaimana hadits yang sering kita dengar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih”1. Demikian juga orang tua bisa mengangkat derajat anaknya di akhirat kelak, bahkan ini berlaku bagi cucu dan keturunannya ke bawah. Jika derajat anak-cucunya berada di bawahnya, maka bisa diangkat setara dengan derajat orang tuanya. Dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata, إن الله ليرفع ذرية المؤمن إليه في درجته و إن كانوا دونه في العمل ، لتقربهم عينه ، ث

Jangan Terlena dengan Pujian

Azka Hariz Sartono, S.T. 21 Februari 2020 Berhati-hatilah dengan pujian. Seringkali pujian membuat orang melupakan dengan hakikat dirinya yang sebenarnya. Banyak orang memuji, bukan berarti apa yang ada pada diri kita adalah sama persis seperti apa yang dipuji oleh banyak orang. عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ: أَنَّ رَجُلًا ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَثْنَى عَلَيْهِ رَجُلٌ خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” وَيْحَكَ، قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ – يَقُولُهُ مِرَارًا – إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ كَذَا وَكَذَا، إِنْ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذَلِكَ، وَحَسِيبُهُ اللَّهُ، وَلاَ يُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا” “Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya: Ada seseorang berada di dekat Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Lalu ada orang lain yang memuji-muji orang tersebut, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka engkau! Engkau telah menebas leher kawanmu.

Keutamaan Puasa Asyura

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - November 11, 2013  Apa saja keutamaan puasa Asyura? Puasa Asyura ini dilakukan pada hari kesepuluh dari bulan Muharram dan lebih baik jika ditambahkan pada hari kesembilan. Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut. *1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.* Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163). Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksu

Artikel Seputar Puasa Asyura yang Perlu Anda Tahu

By KonsultasiSyariah.com - Sep 19, 2018 _*Puasa Asyura yang Perlu Kita Tahu*_ Memasuki tahun baru hijriyah tentu tidak lepas dengan bulan pertama Muharram. Didalam bulan Muharram ada sebuah amalan yang banyak dilakukan kaum muslimin yaitu Puasa Asyura. Karena sangat istimewanya peristiwa ini, tentu saja mereka membutuhkan informasi-informasi shahih seputar puasa Asyura. Begitu spesialnya hari Asyura, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk berpuasa sunnah. Dari Ibnu Abbbas Radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan, مَا رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ، إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ. يَعْنِى شَهْرَ رَمَضَانَ Saya belum pernah melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap puasa di satu hari yang beliau istimewakan, melebihi hari asyura, dan puasa di bulan ini, yaitu Ramadhan. (HR. Ahmad 3539 & Bukhari 2006) Baik, pembaca yang budiman berikut ini artik

Menjaga Lisan di Era Media Sosial

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. 4 Juli 2019 An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullahu Ta’ala berkata, اعلم أنه لكلّ مكلّف أن يحفظَ لسانَه عن جميع الكلام إلا كلاماً تظهرُ المصلحة فيه، ومتى استوى الكلامُ وتركُه في المصلحة، فالسنّة الإِمساك عنه، لأنه قد ينجرّ الكلام المباح إلى حرام أو مكروه، بل هذا كثير أو غالب في العادة، والسلامة لا يعدلُها شيء “Ketahuilah bahwa hendaknya setiap mukallaf menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang memang tampak ada maslahat di dalamnya. Ketika sama saja nilai maslahat antara berbicara atau diam, maka yang dianjurkan adalah tidak berbicara (diam). Hal ini karena perkataan yang mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram, atau minimal (menyeret kepada perkataan) yang makruh. Bahkan inilah yang banyak terjadi, atau mayoritas keadaan demikian. Sedangkan keselamatan itu tidaklah ternilai harganya.” (Al-Adzkaar, hal. 284) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ “Di antara tanda

Istiqomah Hati Penting

Mengenal hakekat Istiqomah akan membawa kita kepada kesimpulan bahwa dasar istiqomah adalah istiqomah hati. Hal inilah yang dijelaskan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ “Tidak istiqomah iman seorang hamba hingga istiqomah hatinya.” (HR Ahmad dari hadits Anas bin Malik dan dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 2554) Dengan demikian keitiqamahan bergantung kepada keistiqomahan hati. Imam ibnu Rajab menjelaskan hal ini : dasar istiqomah adalah istiqomah hati diatas tauhid; sebagaimana firman Allah: إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah).” (QS Fushshilat : 30) Ditafsirkan Abu bakar dan selainnya. Sehingga bila hati istiqomah dalam mengenal Allah, takut, pengangungan dan rasa takut serta kecintaan kepada Allah. Juga istiqomah diatas kehendak, pengharap

Ilmu Yang Bermanfaat Setelah Kematian

By Ustadz Ammi Nur Baits - Dec 10, 2015 *Pertanyaan :* Apa yang dimaksud ilmu bermanfaat, yang pahalanya tetap mengalir setelah kita mati ? *Jawab:* Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Bagian dari karunia yang Allah berikan kepada hamba-Nya, bahwa sumber pahala yang mereka miliki, tidak hanya dari amal yang mereka kerjakan. Namun mereka juga mendapatkan sumber pahala, dari pengaruh baik karena amal yang mereka kerjakan. Allah berfirman, إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12) Diantara amal baik yang pengaruhnya tetap lestari sampai orangnya meninggal adalah sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Abu Hurairah r

Kewajiban Suami kepada Istri dalam Mengajarkan Perkara Agama

dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D. 1 Juli 2019 Dalam berumah tangga, seorang suami memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dia tunaikan kepada istrinya. Kewajiban tersebut tidak hanya berkaitan dengan nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), sebagaimana yang disangka oleh sebagian (atau banyak) suami. Akan tetapi, terdapat kewajiban penting yang banyak dilalaikan oleh para suami, yaitu mendidik dan mengajarkan perkara atau kewajiban-kewajiban dalam agama kepada istrinya. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafidzahullahu Ta’ala berkata, “Seorang suami hendaknya mendidik (mengajarkan) istrinya hal-hal yang bermanfaat untuk perkara agama dan dunianya.” (Fiqh Ta’aamul baina Az-Zaujain, hal. 10) Kemudian beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah d